Ketika sebuah pilihan diajukan kepada kita, sejujurnya kita pasti akan menentukan satu di antara dua. Mudahkah itu?
Mengerjakan tugas atau menelantarkannya. Menikmati semangkuk bakso atau setangkup roti sandwich. Menikmati liburan di pantai Kuta atau mendaki tingginya Rinjani. Menutup mata saat menyaksikan sequel SAW atau membuka mulut (dan mengeluarkan gelak tawa) kala menyaksikan serial MR. BEAN.
Semuanya kembali kepada PILIHAN. Semuanya akan mengarah kepada penentuan sikap kita, ke arah mana mau menuju. Ujiannya ada di situ: apakah kita mampu membuat diri kita tidak terlibat dengan emosi, ataukah melupakan nalar sehingga pilihannya jadi subyektif? Ini bukan tes yang berbentuk essai, tapi multiple choice, yang kalau dulu di zaman kita masih SMP or SMA, kadang bikin bingung. Akhirnya nggak jarang juga kita “bermain kancing” (*smile mode: ON*), should we take a, b, c or d.
Sulit?
Jangan patah semangat. Ketika dalam kehidupan kita dihadapkan kepada pilihan, IKUTILAH KATA HATI. Selami kedalaman nurani dengan perlahan, dan temukan jawaban atas pilihan di atasnya. Ada ribuan jawaban di sana, tapi hanya ada SATU penentuan atas sikap dan perilaku kita yang bisa dikeluarkan sebagai THE RIGHT ANSWER.
Perlu berdoa?
TENTU SAJA. Kewajiban kita adalah meng-hamba kepada Sang Pengasih. Melihat ibadah sebagai suatu kebutuhan of our body and soul. Makanya nggak ada pilihan lain, melakukan ikhtiar dengan berbagai cara (yang halal), sehingga membukakan mata hati kita untuk MAMPU menentukan PILIHAN yang sulit sekalipun.
It’s all a matter of choice. Sejak kita bangun pagi, hingga kita kembali menutupkan mata untuk beristirahat sejenak dari kepenatan dunia. Jangan ragu untuk menjadikan jawaban yang telah ditemukan sebagai pilihan pasti dalam kehidupan kita. Kalaupun suatu saat kita merasa bahwa pilihan itu salah, coba deh lihat ke belakang, pada saat kita menentukan pilihan, maka pada saat itulah kita mengawali jejak perjalanan hidup. Penentuan seperti ini yang bikin kita menjadi mampu untuk: menentukan PILIHAN-PILIHAN berikutnya, yang di waktu lain mungkin akan lebih rumit. Atau –ini yang menyenangkan-, malah LEBIH MUDAH.
Bicara CINTA dan PERASAAN gimana?
Hmmm..tough question. But, hey, look at the bright side. We still could see the beauty of how love can be. Ada saat di mana kita berbunga-bunga, seolah memiliki sayap untuk menembus nirwana, di PENENTUAN PILIHAN kita atas our soul mate. Namun bisa jadi di saat yang lain kita jatuh di kedalaman, karena PILIHAN itu juga. Memilih untuk hidup dengan keindahan cinta memang menjadi PILIHAN yang berbeda. Kita akan menjadikan pasangan sebagai seseorang yang mengerti luar dalam, mampu menemani jiwa kita dalam suka dan sedih, hingga ke pemenuhan perasaan dahaga yang selama ini nggak pernah ditemukan.
Lalu gimana saat cinta HARUS PERGI…?? (ahhh….)
Tetap harus memilih. Menentukan posisi diri kita di mana. Memilih apa yang harus diambil. Hingga menjumput kesimpulan: akankah kita tenggelam dalam kesedihan mendalam, atau mau melaju terus di dunia nyata. Ingat, nggak sulit mendapatkan cinta, tapi susahnya (minta ampun) kala cinta harus pergi dari hati kita. Apalagi ini bicara hati. Di sisi yang lebih positif, kesedihan bukankah merupakan bagian dari dunia cinta ini juga?
Kita yang menentukan apa, bagaimana, ke mana PILIHAN kita. Kita yang menuntun hati kita ke arah yang tepat menuju kesempatan yang menyenangkan. Kita yang membuat diri kita terpeleset dalam kesulitan hidup. Kita yang menyeret suka cita dalam setiap saat kita menghirup nafas.
KITA…., dan BUKAN ORANG LAIN.
So, just follow your heart to choose something. Because our life is truly only a matter of choice. Bijaklah dalam memilih, dan nikmati pilihanmu, bagai senyuman manis di bibir kala matahari menyapa dunia. Happy choosing…